FADHILAH DAN SHALAT MALAM NISHFU SYA’BAN
Oleh : KH. Ali Mustafa ya’kub
(Pimpinan PonPes Ilmu Hadist Darus-Sunnah)
Sembilan buah Hadist
Hadist-hadist tentang fadhilah (keutamaan) malam nishfu sya’ban (tanggal 15 Sya’ban) itu cukup banyak jumlahnya. Menurut perhitungan sementara kami, jumlah hadist-hadist itu tidak kurang dari sembilan buah, dengan versi yang tidak selamanya sama dan diriwayatkan dari delapan orang sahabat Nabi saw. Dari sembilan hadist itu, ada sebuah hadist yang kualitasnya lemah sekali (dha’if jiddan), sementara kualitas delapan hadist lainnya lemah (dha’if),namun tidak parah. Hadist-hadist tersebut adalah sebagai berikut :
1. Hadist Ali bin Abi Thalib
“Diriwayatkan dari Ali r.a, beliau berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : “Apabila datang malam Nishfu Sya’ban, maka shalatlah kalian pada malam itu dan puasalah besoknya. Karena Allah akan turun ke langit dunia seraya berfirman, “adakah orang yang minta ampun sehingga Aku mengampuninya,adakah orang yang minta rizki sehingga Aku memberikannya kepadanya,adakah orang sakit yang minta disembuhkan sehingga Aku akan menyembuhkannya. Apakah ada yang meminta ini dan meminta itu”. Allah melakukan hal itu sejak terbenamnya matahari sampai terbit fajar.”
Hadist ini diriwayatkan oleh Imam Ibn Majah. Di dalam sanadnya terdapat rawi yang bernama Abu Bakr bin Abdullah bin Muhammad bin Abi Sabrah al-Qurasyi al-‘Amiri al-Madani. Menurut para ulama kritikus hadist, Abu Bakr bin Abi Sabrah adalah pemalsu hadist. Imam Ahmad bin Hanbal menyatakan, Abu Bakr bin Abi Sabrah adalah pendusta dan pemalsu hadist. Imam al-Bukhari menuturkan, Abu Bakr bin Abi Sabrah adalah munkar al-hadist (hadistnya munkar karena ia banyak berbuat maksiat). Sementara menurut Imam Nasa’I, Abu Bakr bin Abi Sabrah adalah matruk (dituduh pendusta ketika meriwayatkan hadist).
Oleh karena itu, Hadist riwayat Ibn Majah yang bersumber dari Ali r.a ini kualitasnya lemah sekali, karena maudhu’(palsu),munkar atau matruk. Sehingga dengan demikian hadist ini langsung masuk kotak, dan tidak dapat dijadikan dalil sama sekali.
2. Hadist Mu’adz bin Jabal
“Diriwayatkan dari Mu’adz bin Jabal r.a, dari Nabi saw bahwa beliau bersabda, “Pada malam Nishfu Sya’ban, Allah akan melihat semua makhlukNya, kemudian mengampuni mereka kecuali yang musyrik (menyekutukan Allah) dan orang yang memusuhi orang lain”.
Hadist ini diriwayatkan oleh Imam al-Thabrani dalam kitabnya al-Mu’jam al-Ausath, Imam Ibn hibban dalam kitabnya Shahih Ibn Hibban dan Imam al-Baihaqi dalam kitabnya al-Sunan al-Kubra.
3. Hadist dengan redaksi nomor dua di atas diriwayatkan oleh Imam al-Bazzar dan Imam al-Baihaqi, berasal dari Abu Bakr al-Shiddiq r.a. Menurut al-mundziri, hadist dengan redaksi nomor dua di atas itu sanandnya La ba’sa bih (artinya:baik).
4. Hadist dengan redaksi nomor dua di atas diriwayatkan oleh Imam Ibn Majah dari Imam Abu Musa al-Asy’ari r.a. Sementara di dalam sanadnya terdapat rawi yang bernama Abdullah bin Lahi’ah dan al-Walid bin Muslim. Dua rawi ini menurut Imam al-Bushairi adalah sama-sama dha’if.
5. Hadist dengan redaksi mirip di atas, diriwayatkan Imam Ahmad bin Hanbal dari Abdullah bin Amr r.a. Menurut al-Mundziri, sanad hadist ini kualitasnya Layyin(lemah).
6. Hadist dengan redaksi seperti hadist nomor dua, diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi, dari Katsir bin Murrah. Menurut al-Baihaqi sendiri, sanad hadist ini nilainya mursal jayyid (mursal yang baik).
7.Hadist dengan redaksi yang agak sama dengan hadist nomor dua di atas, diriwayatkan oleh Imam al-Thabrani dan Imam al-Baihaqi dari Abu Tsa’labah r.a. Menurut al-Baihaqi, sanad hadist ini nilainya mursal jayyid.
8. Hadist yang maknanya seperti hadist-hadist di atas, diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Aisyah r.a. Sanad hadist ini munqathi’ (terputus).
9. Hadist yang maknanya seperti hadist-hadist di atas, diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dari Aisyah r.a. Menurut al-Baihaqi sanad hadist ini mursal jayyid.
Hasan Li Ghairih
Itulah sembilan buah hadist yang berkaitan dengan fadhilah atau keutamaan malam Nishfu Sya’ban. Seperti dituturkan di depan tadi, hadist nomor satu kualitasnya maudhu’(palsu), sementara hadist nomor dua sampai sembilan kualitasnya dha’if (lemah). Menurut disiplin ilmu hadist, hadist yang dha’if apabila ia diriwayatkan pula dengan sanad lain, maka ia dapat meningkat kualitasnya menjadi hadist hasan Li ghairih (hadist berkualitas baik dengan dukungan eksternal) dengan syarat kelemahan hadist tersebut bukan lantaran rawinya pendusta dan atau pelaku maksiat. Ternyata, kelemahan hadist nomor dua sampai sembilan tidak karena rawinya pendusta dan atau karena ia pelaku maksiat. Dan seperti dinyatakan oleh Imam al- Mubarakfuri (pensyarah kitab Sunan al-Tirmidzi), hadist-hadist fadhilah malam Nishfu Sya’ban itu secara keseluruhan adalah Hujjah (dalil) yang justru mematahkan pendapat yang mengatakan bahwa tidak ada satu dalil pun tentang fadhilah malam Nishfu Sya’ban.
Shalat Khusus Malam Nishfu Sya’ban
Satu hal yang perlu dicatat, dalam delapan hadist itu Nabi saw tidak menerangkan atau tidak mengajarkan tata cara ibadah yang khusus dilakukan pada malam Nishfu Sya’ban. Yang ada adalah penjelasan Nabi saw bahwa malam itu Allah akan banyak memberikan ampunan. Dan hal itu tentu untuk mendorong manusia agar banyak memohon ampunan dari Allah swt.
Sementara itu ada beberapa hadist yang berkaitan dengan malam Nishfu Sya’ban, bahkan hadist itu langsung memberikan petunjuk pelaksanaan shalat khusus pada malam itu. Ternyata hadist-hadist itu kualitasnya maudhu’(palsu). Hadist-Hadist itu antara lain diriwayatkan oleh Abu Hurairah :
“Orang-orang yang shalat pada malam Nishfu Sya’ban sebanyak dua belas rakaat dan dalam setiap rakaat membaca surat al-ikhlash sebanyak tiga puluh kali,maka ia tidak akan mati kecuali sudah melihat tempat tinggalnya di surga, dan ia akan memberi syafaat kepada sepuluh anggota keluarganya yang telah ditetapkan untuk masuk neraka”.
Menurut Imam al-Suyuti, kepalsuan hadist ini karena di dalam sanadnya terdapat rawi-rawi yang majhul(tidak diketahui identitasnya) serta Baqiyyah dan Laits. Dua orang yang terakhir ini, yaitu Baqiyyah dan Laits adalah rawi-rawi yang sangat lemah hadistnya.
Harus dipilah-pilah
Itulah hadist-hadist tentang fadhilah malam Nishfu Sya’ban yang ternyata nilainya Hasan (baik). Sementara hadist-hadist tentang shalat khusus malam Nishfu Sya’ban nilainya maudhu’(palsu). Kita harus dapat memilah-milahkan mana hadist yang dapat dipakai sebagai dalil dan mana yang harus ditinggalkan. Kita dapat saja mengamalkan hadist-hadist yang nilainya hasan itu, misalnya dengan memohon ampunan kepada Allah swt atau membaca istighfar sebanyak-banyaknya tanpa harus menggunakan hadist-hadist yang maudhu’(palsu).
Sumber dari :Buku “hadis-hadis bermasalah”, penulis:Prof.kh.ali mustafa ya’kub, ma, penerbit: pustaka firdaur,2003